Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hasil Opini Siswa tentang Jati Diri Bangsa

Analisis Tawuran Pelajar di Indonesia

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Tawuran antar pelajar merupakan fenomena sosial yang sudah dianggap lumrah oleh masyarakat di Indonesia. Bahkan ada sebuah pendapat yang menganggap bahwa tawuran merupakan salah satu kegiatan rutin dari pelajar yang menginjak usia remaja. Tawuran antar pelajar sering terjadi di kota-kota besar yang seharusnya memiliki masyarakat dengan peradaban yang lebih maju.

Para pelajar remaja yang sering melakukan aksi tawuran tersebut lebih senang melakukan perkelahian di luar sekolah daripada masuk kelas pada kegiatan belajar mengajar. Tawuran tersebut telah menjadi kegiatan yang turun temurun pada sekolah tersebut. Sehingga tidak heran apabila ada yang berpendapat bahw tawuran sudah membudaya atau sudah menjadi tradisi pada sekolah tertentu.

Kerugian yang disebabkan oleh tawuran tidak hanya menimpa korban dari tawuran saja, tetapi juga mengakibatkan kerusakan di tempat mereka melakukan aksi tersebut. Tentunya kebanyakan dari para pelaku tawuran tidak mau bertanggung jawab atas kerusakan yang mereka timbulkan. Biasanya mereka hanya lari setelah puas melakukan tawuran. Akibatnya masyarakat menjadi resah terhadap kegiatan pelajar remaja.

Keresahan tersebut sendiri merupakan kerugian dari tawuran yang bersifat psikis. Keresahan ini akan menimbulkan rasa tidak percaya terhadap generasi muda yang seharusnya menjadi agen perubahan bangsa. Dari segi politik, hal tersebut dimanfaatkan oleh para pemegang otoritas untuk melanggengkan status quo-nya. Mereka memanfaatkannya dengan cara membangun opini publik bahwa para pemuda di Indonesia masih balum mampu menduduki otoritas kekuasaan politis di Indonesia.

“Tawuran sudah jadi tradisi dari dulu”. Ungkap Adi alias cacing yang merupakan alumni dari SMA Negeri 4 Yogyakarta. Dari peryataan tersebut semakin menguatkan bahwa tawuran antar pelajar telah menjadi kegiatan yang sifatnya kultural pada tiap sekolah, terutama sekolah menengah. Kondisi tersebut memancing pertanyaan terutama dari sudut pandang sosiologis.

Menurut seorang sosiolog asal Jerman, Emille Durkheim, tindakan para pelajar dalam tawuran merupakan perilaku menyimpang atau deviance. Faktor penyebab deviance sendiri beraneka ragam sehingga diperlukan analisis dengan perspektif sosiologi konflik untuk menemukan upaya rekonsiliasi yang mampu mengamodasi permasalahan tersebut.

B. PERMASALAHAN

Permasalahan tersebut, seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bukan merupakan permasalahan yang baru saja muncul. Di salah satu kota besar di Indonesia seperti Jakarta misalnya, terdapat sekolah menengah di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan yang sejak dahulu ‘rutin’ melakukan tawuran. Hingga kini sekolah tersebut menjadi buah bibir pelajar sekolah menengah di Jakarta. Dalam sekolah tersebut, tawuran tidak hanya terjadi antara sekolah tersebut dengan sekolah lainnya, tetapi juga sering terjadi perkelahian internal sesama pelajar di sekolah tersebut terutama yang bersifat senioritas.

Hal yang serupa terjadi pada pelajar sekolah menengah di Yogyakarta. Para pelajar di sebuah sekolah telah dapat membedakan mana sekolah yang menjadi ‘kawan’ serta mana pula yang menjadi ‘lawan’. Hal ini telah diturunkan dari suatu angkatan ke angkatan di bawahnya.

Permasalahan tawuran kini telah meluas lingkupnya hingga ke hal-hal yang sudah tergolong dalam lingkup kriminalitas. Hal ini karena dalam sebuah fenomena sosial pasti terdapat efek beruntun ataupun efek bersamaan. efek yang ditimbulkan tersebut diantaranya adalah pemerasan, penodongan, pembajakan angkutan umum hingga ke tindakan penculikan. Namun sayangnya, tindakan ini masih dianggap sebagai deviance dalam masyarakat. Deviance terjadi apabila tingkat penyimpangan yang diasosiasikan terhadap keinginan atau kondisi masyarakat rata-rata telah melanggar batas-batas tertentu yang dapat ditolerir sebagai masalah gangguan keamanan dan kenyamanan masyarakat.

Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari mesyarakat termasuk dinamika dan gejala-gejala yang terjadi didalamnya yang dapat ditangkap dan dianalisis. Tawuran pelajar sekolah menengah yang terus mengalami perkembangan yang mengarah kepada tindakan kejahatan merupakan sebuah gejala sosiologis yang dapat dipelajari dan ditelusuri sebabnya. Terdapat pendapat yang mengatakan bahwa kejahatan merupakan fenomena yang selalu dihadapi oleh setiap masyarakat. Kejahatan tidak mungkin dihilangkan, tetapi kejahatan hanya dapat dikurangi intensitas dan kualitasnya.

Sekalipun hanya dikurangi, namun hingga kini belum ada upaya konkrit untuk mengatasi permasalahan tersebut. Akibatnya fenomena tersebut kini mengkristal menjadi hal yang bersifat sistemik. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam alasan. Mulai dari kecemburuan sosial, altruisme berlebihan, bahkan sampai ke pembalasan dendam.

Ada pula anggapan yang menyatakan bahwa prosedur pendidikan di Indonesia juga berpengaruh terhadap koflik yang marak terjadi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia cenderung memaksakan seorang pelajar untuk berpikir sesuai dengan kurikulum yang dibuat oleh pemerintah. Kurikulum tersebut cenderung mengeksploitasi kemampuan berpikir dari pelajar. Akibatnya para pelajar merasa dipenjara oleh fakta sosial pendidikan yang ada sehingga ingin melakukan hal yang menurut mereka di luar dari fakta sosial tersebut dan bersifat deviance.

Pendidikan sebenarnya hanyalah sekumpulan konsep dari rumus, teori, ujian, dan tidak lebih dari itu. Hal tersebut tidak dapat ditawar oleh pelajar dan akhirnya menciptakan kondisi yang mereka anggap sama diantara pelajar tersebut. Kemudian muncul ikatan kelompok yang cukup kuat seperti gank-gank ataupun sejenisnya, sehingga mendorong sikap altruistik di kalangan pelajar. Sikap altruistik menunjukkan ikatan yang terlalu kuat dengan kehidupan kolektif remaja tersebut. Wajib belajar 12 tahun telah berhasil mewujudkan sikap kolektivitas di kalangan remaja. Kolektivitas inilah yang pada akhirnya menjadikan sikap altruisme di kalangan remaja dan membentuk kelompok-kelompok. Pada kelompok-kelompok ini tawuran bisa terjadi oleh faktor spontanitas kolektif untuk membela ikatan mereka ataupun paksaan dikarenakan seorang pelajar dianggap sebagai pengecut oleh rekan-rekannya dalam lingkungan tersebut. Tidak jarang anggota kelompok yang lainnya memancing tawuran dengan alasan membalaskan dendam anggota kelompoknya.

Di sisi bersamaan, dalam melakukan tawuran biasanya para pelaku tawuran membutuhkan perlengkapan ataupun fasilitas yang lainnya. Tidak jarang mereka membajak angkutan umum untuk mobilitas mereka ke tempat mereka akan melakukan tawuran.

Nama : Ridho Nugroho

Kelas : XII IPS 1

No : 26

Memudarnya Budaya Berkumpul dan Bercengkerama Masyarakat Kita

A. Latar Belakang

Berkumpul dan bercengkerama, mungkin sebagian besar orang menganggap kedua aktifitas tersebut bukanlah hal yang begitu penting dan tak perlu dikhawatirkan ketiadaannya. Tetapi anggapan seperti itulah yang akan membuat masyarakat kita di masa depan nanti benar-benar menjadi masyarakat yang anti sosial dan tak mempedulikan apapun disekitarnya. Dan salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap memudarkan budaya berkumpul dan bercengkerama saat ini adalah jejaring sosial seperti facebook.

Facebook, yah, itulah salah satu jejaring sosial yang masih belum terkalahkan eksistensinya hingga saat ini. Hampir setiap kalangan masyarakat saat ini dari anak-anak, remaja sampai orang dewasa, dari pengusaha, bisnisman, karyawan sampai tukang becak semua memiliki akun facebook. Jadi tak heran jika data statistik yang dilansir CheckFacebook.com baru-baru ini, mengatakan bahwa jumlah pengguna facebook di Indonesia telah masuk 10 besar jumlah pengguna facebook terbesar di dunia. Indonesia bertengger di peringkat tujuh, mengalahkan Australia, Spanyol, dan Kolombia di peringkat 10.

Entah itu merupakan sebuah prestasi yang membanggakan atau tidak yang jelas kedatangan facebook di Indonesia sejak awal tidak serta merta membawa semua dampak positifnya. Bagaikan pisau bermata dua, facebook telah menjadi salah satu penyebab utama memudarnya budaya berkumpul dan bercengkerama masyarakat kita. Mungkin dulu melihat suatu keluarga berada diteras rumah sambil bercengkrama bukanlah hal yang mengherankan. Lalu melihat anak-anak kecil bermain kelereng, lompat tali dan sepak bola di lapangan merupakan pemandangan yang lumrah. Tetapi apa yang terjadi di tahun 2011 ini sungguh berbeda. Seorang anak saat ini hanya menghabiskan waktunya berjam-jam didalam bilik warnet. Sebagian lagi dari mereka hanya diam tak bergerak dimana kedua matanya hanya selalu tertuju pada layar handphone, seolah-olah jari-jari mereka sudah terjahit dengan handphone mereka. Maka tak heran apabila ada yang mengatakan bahwa facebook menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh.

Kehangatan dalam keluarga maupun masyarakat saat ini dirasa sangatlah kurang, kualitas sebuah pertemuan saat ini pun sangatlah buruk. Yang seharusnya kita dapat melihat wajah-wajah ceria, mendengar gelak tawa, dan dapat mengungkapkan rasa cinta, kini harus diganti dengan deretan huruf yang terkadang menimbulkan banyak penafsiran serta berbagai macam bentuk-bentuk emoticon yang tak jelas jenis kelaminnya. Tentu saja ini merupakan salah satu hal yang membuktikan bahwa dunia maya tidaklah lebih baik dari pada dunia nyata.

B. Perumusan Masalah

1. Masih perlukah jejaring sosial facebook dipergunakan ?

2. Bagaimana menjaga eksistensi budaya berkumpul dan bercengkerama di zaman sekarang ini ?

C. Pembahasan

1. Seperti yang sudah di paparkan di atas bahwa facebook adalah bagaikan pisau bermata dua. Tentu saja masyarakat kita saat ini masih sangat membutuhkan facebook, hanya saja sebagian besar dari mereka masih “buta” waktu dan tempat dalam menggunakannya. Dalam masalah ini sebaikya orangtua maupun guru lebih intensif lagi menjaga dan mengawasi anak-anak mereka tidak hanya di dunia nyata, tetapi juga di dunia maya seperti facebook.

2. Terjadi fenomena memudarnya budaya berkumpul dan bercengkerama masyarakat kita saat ini juga tak lepas dari kurangnya kesadaran bahwa betapa penting dan mahalnya sebuah pertemuan. Karena mau bagaimana pun saling berpegangan, berjabat tangan, dan berrangkulan hanya dapat kita lakukan di dunia nyata. Oleh karena itu apabila kita sudah dapat sadar kapan dan dimana sajakah kita harus masuk ke dunia maya, maka kita pun harus selalu sadar bahwa disekitar kita ada banyak orang yang juga mencintai kita, dimana mereka menunggu untuk disapa secara langsung.

D. Pendapat

Sebaiknya masalah facebook dan mulai memudarnya budaya berkumpul dan bercengkerama masyarakat kita saat ini tidak di anggap sebagai masalah yang sepele. Mungkin sepele untuk saat ini, tetapi seiring berkembangannya zaman pelan-pelan masyarakat kita akan berubah secara drastis. Baik dari pola perilaku maupun sikap. Seperti yang diceritakan dalam film kartun animasi “WALL-E” dimana pada film itu diceritakan bahwa manusia di masa depan nanti sudah benar-benar tak mempedulikan apapun di sekitarnya. Mereka hanya diam di kursi, karena segala kebutuhan mereka sudah disediakan oleh robot-robot pelayan. Sampai-sampi mereka tak mempedulikan akan kehancuran bumi mereka sendiri ! Tragis !

o Referensi

- http://teknologi.vivanews.com/news/read/67129-indonesia_pengguna_facebook_ke_7_terbesar

- http://checkfacebook.com/

Penyontek, Koruptor Kecil Lho!!!

A. Latar Belakang

Jati diri adalah suatu sifat, watak, rasa, akal, kehendak, semangat, roh kesadaran, dan kekuatan yang terdapat dalam jiwa manusia sebagai hasil proses belajar tentang nilai-nilai budaya yang luas dan yang muncul dalam perilaku atau tindakan. Salah satu jati diri bangsa Indonesia adalah jujur dan adil. Tapi sifat jujur mulai pudar di diri warga Indonesia. Semua ini akibat dari perkembangan zaman yang modern dan belum kesiapan masyarakat di Indonesia.

Ketidakjujuran banyak dilakukan oleh warga Indonesia mulai dari para DPR pun melakukan hal seperti itu sampai kalangan bawah dan bahkan para pelajar pun melakukan hal yang sama. Para pelajar kebanyakan pada saat ulangan melakukan tindakan curang seperti menyontek dan jiplak. Inikah generasi penerus bangsa Indonesia yang di harapkan oleh para Pahlawan. Dan apakah benar “orang jujur itu hancur”. Menyontek inilah yang membuat negara kita hancur karena menyontek merupakan korupsi kecil. Wajar petinggi-petinggi di Indonesia korupsi karena pelajar Indonesia sebagian besar pada waktu sekolah menyontek.

B. Rumusan Masalah
  1. Apa yang menjadi alasan para pelajar di Indonesia menyontek?
  2. Apa saja akibat menyontek?
  3. Bagaimana cara membasmi budaya menyontek?
C. Pembahasan

1. Apa yang menjadi alasan para pelajar di Indonesia menyontek?

Pelajar menyontek memiliki beberapa alasan antara lain, ingin mendapatkan nilai yang bagus karena mereka berpikiran dengan menyontek mereka mendapatkan nilai yang bagus atau tuntutan orang tua terhadap anaknya. Kurang siap menghadapi ujian atau ulangan, biasanya alasan ini karena mereka menyepelekan pelajaran tersebut atau tidak belajar saat mendekati Hari H. Ingin mempertahankan peringkat, ketakutan akan disusul peringkatnya oleh temannyalah yang menyebabkan. Tidak yakin dengan jawabannya atau kurang percaya diri terhadap jawabannya sendiri. Bahkan menyontek dianggap hal yang menantang atau pemberani, dan terkadang mereka bangga bisa menyontek.

2. Apa saja akibat menyontek?

a.Menyontek bukan menjadikan orang itu menjadi pandai malah menjadi BODOH

Kenapa? kok seperti itu? ya karena dipikiran kita sudah diukir kata “menyontek” , maka dari setiap tes kita malas untuk belajar, dan berpikir, “ah aku bisa menyontek dari teman sebelah”. Dipikiran kita selalu ada kata “menyontek”, “menyontek” dan “menyontek” akhirnya kita tidak memiliki semangat untuk belajar dan berusaha, dan hasil yang kita dapatkan adalah hasil PALSU yang tidak bisa dibuktikan.

b. Menyontek adalah bibit bibit seseorang untuk menjadi koruptor

Wow? kenapa jadi bersambung ke koruptor? Ya, karena koruptor adalah orang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Apa bedanya dengan menyontek? kita menghalalkan segala cara untuk mendapatkan jawaban dari teman kita bukan, dari hal hal kecil kita biasa menggunakan tangan untuk mendapatkan jawaban, kita biasa menggunakan kertas kecil yang di taruh di jaket untuk melihat rumus, atau kita langsung melihat buku catatan yang ditaruh di paha. saya fikir itu semua hal kecil yang berdampak besar. awalnya kita menyontek, menyontek, menghalalkan segala cara untuk menyontek. Akhirnya memupuk fikiran kita jika kita bisa dapatkan sesuatu dengan cara apapun walaupun cara itu tidak benar dan berujung “KORUPSI”.

3. Bagaimana cara membasmi budaya menyontek?

Dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan. Selalu percaya diri terhadap jawaban atau pekerjaan kita sendiri, sapa tahu benar. Jangan pernah takut mendapatkan nilai jelek yang penting sudah usaha. Kita sekolah mencari ilmu bukan nilai.

Saya bukan orang sok suci, saya juga seorang penyontek alasan di atas sebagian alasan saya, perasaan bersalah selalu ada karena membohongi orang tua. Saya ingin sembuh dari jeratan ini, tapi sulit. Walaupun saya tahu menyontek itu dosa, dan sifat jujur kelak berguna untuk masa depan. So, mari kita saling membantu dan berusaha untuk menyembuhkan penyakit ini. Agar bangsa ini maju dan tertanam kembali Jati diri bangsa yakni jujur dan adil.

Nama : Aldair Christiawan
No : 02
Kelas : XII IPS 1


Riza Rahma Pratiwi/ XII IPS 1/ 28

Perangi Konsumerisme di Kalangan Remaja

A. LATAR BELAKANG

Konsumerisme merupakan paham atau aliran atau ideologi dimana seseorang atau kelompok melakukan atau menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan. Konsumerisme adalah sebuah ideologi global yang baru. Bagi sebuah perusahaan produksi besar yang sering menawarkan produknya dari iklan, konsumerisme merupakan sebuah tambang emas yang tak akan pernah habisnya. Dalam praktiknya konsumerisme ialah suatu kegiatan konsumsi yang mengada-ada pasalnya para remaja membeli barang yang nantinya tidak mereka pakai atau hanya satu kali dipakai. Sebagai contoh seorang anak perempuan yang berusia 17 tahun akan meayakan pesta ulang tahunnya, kemudian ia membeli sebuah gaun mewah dan juga mahal meskipun ia telah mempunyai gaun lama tetapi ia tetap memilih membeli gaun baru dengan alasan gaun yang lama sudah pernah ia pakai, jika teman-temannya mengetahui ia akan malu. Benar-benar yang muncul adalah persis seperti apa yang dikatakan oleh Marx: false consciousness. Kapitalisme yang ada akan terus berusaha melanggenggkan false consciousness dalam diri setiap orang sebagai objek dapi kapital itu sendiri untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya.

Pada masa saat ini remaja kurang bepikir rasional. Mereka dengan mudahnya menghambur-hamburkan uang dengan alasan yang tidak jelas. Misalnya saja mengikuti trend kebarat-baratan. Inilah yang disebut westernisasi. Sebenarnya untuk menjadi modern tidaklah harus mengikuti gaya kebarat-baratan. Apakah salah jika kita meniru teknologi barat yang telah lebih maju daripada kita? Tentu saja tidak. Tetapi remaja salah mengartikan modernisasi. Mereka meniru semua hal dari bangsa barat padahal ada beberapa hal yang tidak mendukung dari budaya barat untuk budaya kita. Misalnya saja cara berpakaian yang minim, tentu itu melenceng dari kebudayaan timur yang memegang nilai dan juga norma.

B. RUMUSAN MASALAH
  1. Mengapa perilaku konsumtif lebih mudah menyerang kalangan remaja?
  2. Bagaimana langkah-langkah yang baik untuk memerangi konsumrisme?
C. PEMBAHASAN

Pada perkembangan masa sekarang para remja telah terjebak dengan banyaknya ragam barang yang ditawarkan yang dengan secara sengaja ataupun tidak sengaja akan mereka produksi karena iklan dari sebuah produk yang menggiurkan jika ada yang dinilai lebih baik maka mereka akan pindah memilih produk yang lebih baik lagi. Sungguh ironis sekali di Negara kita yang tergolong Negara berkembang kini tetapi tingkat konsumsi yang ada sangatlah tinggi. Hal ini terbukti dengan menjamurnya pusat perbelanjaan semacam shopping mall,industri mode,kawasan huni mewah,kegemaran terhadap merk asing dan lain-lain.

Remaja saat ini lebih mudah terserang perilaku konsumtif karena remaja masih berada dalm proses pencarian jati diri dan juga masih sangat sensitive terhadap pengaruh luar. Kemudian faktor lain yaitu remaja ingin diakui eksistensinya oleh lingkungan sekitarnya. Ia ingin memamerkan pada lingkungan sekitar bahwa ia mampu mengikuti trend yang sedang popular saat ini sehingga ia dapat diterima oleh masyarakat itu dan sama dengan teman-teman lainnya.

Atas masalah diatas kini dapat mengambil solusi yang tepat diantaranya seharusnya kita dapat mendahulukan kebutuhan(need) daripada keinginan(want). Kemudian kita harus bisa memposisikan diri kita sebagai subjek dan bukannya sebagai objek dari kapitalisme yang ada. Dengan demikian, kita mampu menentukan pilihan mana yang memang perlu atau tidak perlu kita konsumsi. Cara selanjutnya yaitu dengan melakukan kampanye konsumerisme di kalangan remaja. Dengan mensosialisasikan pemahaman tentang perilaku konsumtif dan juga dampak-dampak yang ditimbulkan diharapkan para remaja akan sadar untuk menjauh dari konsumerisme. Hal yang lebih unik lagi kita dapat menjalankan satu hari tanpa belanja(Buy Nothing Day) disini kita tidak akan melakukan transaksi jual beli selama 1x24 jam. Kini hari tanpa belanja telah dirayakan secara Internasional lebih dari 30 negara.

Maka dari itu marilah kita sebagai generasi penerus bangsa melakukan perlawanan-perlawanan kecil dari diri kita masing-masing untuk memerangi konsumerisme dan juga untuk mempertahankan eksistensi jati diri bangsa.

LUNTURNYA KECINTAAN TERHADAP KESENIAN TRADISIONAL

LATAR BELAKANG MASALAH

Banyak anak-anak muda termasuk penulis didalamnya, yang sudah tidak terlalu peduli dengan kesenian tradisional yang ada di sekitar kita. Seperti contohnya gamelan, dewasa ini hanya segelintir anak muda yang mau mempelajari dan melestarikannya,dan lebih memilih mempelajari alat-alat musik modern seperti gitar, drum, keyboard, dll. Padahal banyak turis dari negara-negara eropa yang datang ke Indonesia untuk belajar memainkan gamelan, dan bahkan di beberapa negara eropa tersebut, memiliki museum atau gedung yang berisi satu set alat gamelan tradisional tersebut untuk dipelajari.

RUMUSAN MASALAH

Banyak anak sekolah baik tingkat SD,SMP,SMA yang tidak tahu akan kesenian tradisional yang ada di lingkungan sekitar mereka. Anak-anak SD hingga SMA sekarang jika ditanya langgam jawa atau kesenian-kesenian tradisional mungkin banyak yang tidak tahu walau terkadang juga ada satu dua anak yang malah tahu secara mendetail tapi itu hanya beberapa anak saja, sedang jika ditanya tentang perkembangan music rock, jazz, pop, punk, heavy metal, underground, atau musik-musik yang berbau barat atau musik modern kebanyakan dari mereka pasti langsung tanggap dan mengerti.

Itu mungkin karena globalisasi yang berlebihan dan tak terkontrol sehingga banyak dari anak-anak sekolah saat ini yang terkena westernisasi, yaitu proses peniruan pola hidup, pola pikir, dan apa-apa yang berasal dari negara-negara barat. Anak-anak jaman sekarang lebih memilih balajar dan mempelajari alat musik modern yang berasal dari barat daripada belajar memainkan alat musik tradisional seperti gamelan , karena ada yang menganggap bahwa gamelan, dan kesenian tradisional lainnya itu adalah peninggalan yang tidak penting dan terkesan kuno

PEMBAHASAN

Seharusnya cinta tanah air di ajarkann mulai TK atau bahkan Play Grup, agar anak muda penerus bangsa memiliki rasa nasionalisme yang tinggi, seperti di ajarkan upacara bendera, apa kegunaan dari upacara itu sendiri, yang intinya menanam jiwa nasionalisme ke jiwa anak-anak muda.

Cinta kesenian juga harus kita ajarkan pada anak-anak sejak dini, sama seperti jiwa nasionalisme yang harus ditanamkan sejak dini. Pada bagian ini banyak cara yang bisa digunakan untuk menanamkan hal-hal tersebut seperti saat anak-anak TK, dan SD saat berlibur jangan hanya ke kebun binatang, atau tempat rekreasi anak (taman bermain), tapi coba sesekali mereka diajak berkunjung ke museum seni, dan ke beberapa tempat yang mempunyai hubungan dengan seni seperti ke keraton solo atau jogja untuk melihat koleksi alat-alat kesenian tradisional yang ada, dan mungkin mengadakan pelajaran mulok wajib yakni kesenian tradisional mulai dari tingkat SMA, SMP, SD, bahkan TK sekalipun.

Pelajaran yang dimaksud adalah mulai dari penggenalan nama-nama alat musik tradisional itu sendiri, kegunaannya, cara membunyikannya, dan jika sudah, mungkin anak-anak dapat dilatih memainkan satu dua lagu tradisional seperti gugur gunung atau sebagainya.

Dengan demikian pemikiran bahwa kesenian tradisional merupakan sesuatu yang kuno akan hilang, karena generasi muda juga merasa memiliki kesenian tradisional itu secara utuh. Dan semua itu akan barganti dengan pemikiran dan keinginan untuk melestarikan, mengembangkan, dan bahkan mengenalkannya dengan bangga pada dunia internasional tentang kesenian-kesenian tradisional yang ada di Indonesia oleh para penerus bangsa kelak.

Nama : Jefry

Kelas : XII IPS 1



PENGARUH GLOBALISASI

TERHADAP BUDAYA DAERAH

A. LATAR BELAKANG

Globalisasi adalah suatu fenomena khusus yang bergerak terus dalam masyarakat global. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir. Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat seluruh dunia. Globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga mampu mengubah dunia secara mendasar. Dalam kata globalisasi tersebut mengandung suatu pengertian akan hilangnya satu situasi dimana berbagai pergerakan barang dan jasa antar negara diseluruh dunia. Dan dengan terbukanya satu negara terhadap negara lain, yang masuk bukan hanya barang dan jasa, tetapi juga teknologi, pola konsumsi, pendidikan, nilai budaya dan lain-lain. Proses perkembangan globalisasi pada awalnya ditandai kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi. Dari kemajuan bidang ini kemudian mempengaruhi sektor-sektor lain dalam kehidupan, seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Contoh sederhana dengan teknologi internet, parabola dan TV, orang di belahan bumi manapun akan dapat mengakses berita dari belahan dunia yang lain secara cepat. Globalisasi juga berpengaruh terhadap pemuda dalam kehidupan sehari-hari, seperti budaya berpakaian, gaya rambut, dan sebagainya.

B. PEMBAHASAN

Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya bangsa Indonesia . Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya. Perkembangan 3T (Transportasi, Telekomunikasi, dan Teknologi) mengkibatkan berkurangnya keinginan untuk melestarikan budaya negeri sendiri . Budaya Indonesia yang dulunya ramah-tamah, gotong royong dan sopan berganti dengan budaya barat, misalnya pergaulan bebas. Saat ini, ketika teknologi semakin maju, kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut semakin lenyap di masyarakat, bahkan hanya dapat disaksikan di televisi. Hal lain yang merupakan pengaruh globalisasi adalah dalam pemakaian bahasa indonesia yang baik dan benar (bahasa juga salah satu budaya bangsa). Sekarang ada kecenderungan di kalangan anak muda yang lebih suka menggunakan bahasa Indonesia dialek Jakarta seperti penyebutan kata gue (saya) dan lu (kamu).

Selain itu, kita sering mendengar anak muda mengunakan bahasa Indonesia dengan dicampur-campur bahasa Inggris seperti: OK, No problem dan Yes bahkan, kata-kata makian yang sering kita dengar di film-film barat, sering diucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata itu disebarkan melalui media TV dalam film-film, iklan dan sinetron bersamaan dengan disebarkannya gaya hidup dan fashion . Gaya pakaian remaja Indonesia yang dulunya menjunjung tinggi kesopanan telah berubah mengikuti perkembangan jaman. Ada kecenderungan bagi remaja putri di kota-kota besar memakai pakaian minim dan ketat yang memamerkan bagian tubuhnya. Budaya berpakaian minim ini ditiru dari film dan majalah luar negeri yang ditransformasikan kedalam sinetron-sinetron Indonesia. Derasnya arus informasi, yang juga ditandai dengan hadirnya internet, turut serta bagi perubahan cara berpakaian. Pakaian mini dan ketat telah menjadi trend dilingkungan anak muda. Salah satu keberhasilan penyebaran kebudayaan Barat ialah meluasnya anggapan bahwa ilmu dan teknologi yang berkembang di Barat merupakan suatu yang universal.

Globalisasi mempunyai dampak yang besar terhadap budaya. Kesenian bangsa Indonesia dari berbagai macam daerah juga tidak dapat lepas dari pengaruh kontak budaya ini. Sehingga untuk melakukan penyesuaian terhadap perubahan, diperlukan pengembangan yang bersifat global namun tetap bercirikan lokal atau etnis. Berbagai kesenian tradisional yang sesungguhnya menjadi aset kekayaan kebudayaan nasional tersebut bukannya berkembang dan lestari, namun justru semakin dijauhi masyarakat. Pada era teknologi dan komunikasi yang sangat canggih dan modern ini masyarakat dihadapkan kepada banyaknya alternatif sebagai pilihan, baik dalam menentukan kualitas maupun selera. Hal ini sangat memungkinkan keberadaan dan eksistensi kesenian rakyat dapat dipandang dengan sebelah mata oleh masyarakat, jika dibandingkan dengan kesenian modern yang merupakan imbas dari budaya pop. Untuk menghadapi hal-hal tersebut di atas ada beberapa alternatif untuk mengatasinya, yaitu meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM ) bagi para seniman rakyat. Selain itu, mengembalikan peran aparat pemerintah sebagai pengayom dan pelindung, dan bukan sebaliknya justru menghancurkannya demi kekuasaan dan pembangunan yang berorientasi untuk pembangunan dalam bidang ekonomi saja. Adanya globalisasi yang memiliki dampak positif maupun negative, maka perlu adanya tindak lanjut dalam menyikapi globalisasi tersebut.

C. KESIMPULAN

Pengaruh globalisasi disatu sisi ternyata menimbulkan pengaruh yang negatif bagi kebudayaan bangsa Indonesia. Norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai pudar. Oleh karena itu perlu dipertahanan aspek sosial budaya Indonesia sebagai identitas bangsa. Caranya adalah dengan penyaringan budaya yang masuk ke Indonesia dan pelestarian budaya bangsa. Bagi masyarakat yang mencoba mengembangkan seni tradisional menjadi bagian dari kehidupan modern, tentu akan terus berupaya memodifikasi bentuk-bentuk seni yang masih berpolakan masa lalu untuk dijadikan komoditi yang dapat dikonsumsi masyarakat modern. Kesenian adalah kekayaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya dan tidak dimiliki bangsa-bangsa asing. Oleh sebab itu, sebagai generasi muda, yang merupakan pewaris budaya bangsa, hendaknya memelihara seni budaya kita demi masa depan anak cucu kita.

Nama : Indira Puruhita Utami ( 18)


S3 : SERAGAM SEKOLAH SEKSI

A. Latar Belakang Masalah

Ana (sebut saja begitu) mulai beranjak dewasa. Sepertinya teman-teman sebayanya, ia mulai sering berkaca di depan cermin. Ia mulai melihat ada keunikan di tubuhnya. Keunikan yang wajar dimiliki oleh para wanita dewasa. Di sisi lain, gaya berpakaian Ana pun mulai berubah. Rok pendek, kaos ketat, dan celana jeans sering menjadi pilihan ketika keluar rumah. Baju dan rok panjang bergambar bunga warna-warni pun mulai ditinggalkan. Seragam sekolah tampak semakin kecil meski belum ada satu tahun dijahit. Lekukan tubuh mulai tampak dengan jelas dan wajah pun penuh dengan bedak.

Kisah di atas merupakan fenomena yang sering terjadi ketika seorang anak perempuan mulai beranjak remaja. Bentuk fisik yang berubah dan penampilan yang berbeda. Seragam sekolah yang dahulu terlihat sopan, kini tampak lebih ketat. Tidak hanya warna seragam yang berubah, tetapi juga modelnya tampak lebih minimalis.

B. Perumusan Masalah

1. Apakah mode pakaian siswi dewasa ini menjunjung tinggi nilai estetika dan kesopanan?

2. Seragam sekolah seksi: anugerah atau musibah?

3. Apakah mode pakaian seksi jauh dari wangi surga?

C. Pembahasan

Seksi! Kata yang mungkin tepat untuk menggambarkan bentuk seragam sekolah beberapa siswi dewasa ini. Mode yang digunakan tidak lagi mencerminkan siswi sekolah yang menjunjung tinggi nilai estetika dan kesopanan. Rok dipotong semakin tinggi sehingga bagian paha terlihat, astaghfirullah! Baju putih yang biasanya dimasukkan ke rok atau celana sengaja tidak dimasukkan sehingga bagian punggung dengan mudah terlihat ketika berjongkok. Bentuk seragam dibuat semakin ketat sehingga pakaian dalam kadang terlihat. Lekukan indah bentuk tubuh pun terlihat dengan jelas sehingga menjadi makanan empuk para laki-laki hidung belang.

Seragam sekolah seksi menjadi masalah penting di lingkungan akademik. Banyak siswi yang akhirnya lebih memperhatikan penampilan dan pujian orang daripada belajar. Mereka seneng jika dikatakan seksi, cantik, menggemaskan, molek, dan sejenisnya. Di sisi lain, para siswa menjadi tidak konsentrasi belajar karena sering melihat pemandangan “aneh”. Tidak jarang, fenomena ini menjadi sebab terjadinya tindakan-tindakan amoral di kalangan pelajar, seperti onani, perzinaan, dan pemerkosaan. Dalam sebuah kesempatan, Wakil Ketua Komisi D DPRD Kota Pontianak berkata, “Rok mini dengan baju ketat yang dikenakan siswi berefek buruk bagi akhlak murid. Puser hingga celana dalam pun kelihatan. Pantas kasus pencabulan dan perkosaan anak-anak muda sering terjadi.”

Pemerintah sebenarnya telah memberikan batasan yang jelas tentang model seragam sekolah. Model seragam tersebut haruslah sopan, sederhana, dan tidak menimbulkan kesan negatif bagi orang yang melihat. Seragam siswa terdiri atas kemeja putih dan celana panjang berwarna abu-abu (SMU) atau biru (SMP). Adapun seragam siswi berupa kemeja lengan panjang dan rok panjang bagi yang berjilbab atau rok di bawah lutut bagi yang tidak berjilbab. Jenis kain seragam terbuat dari jenis bahan kain yang sama sehingga tidak menimbulkan kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin. Warna seragam putih abu-abu atau putih biru dipilih karena warna tersebut dianggap sebagai warna serasi yang menimbulkan kesan indah dan rapi.

Seragam sekolah seksi dianggap menjadi trend dewasa ini. Seorang siswi yang mengenakan pakaian seksi dianggap sebagai fenomena yang lumrah. Para orang tua pun tidak terlalu risau jika putrinya mengenakan pakaian seksi, bahkan beberapa orang tua justru bangga. Sebaliknya, remaja putri yang teguh memegang nilai-nilai luhur dalam berpakaian justru dianggap sebagai remaja yang kurang pergaulan (kuper) dan ndeso. Mereka sering mendapatkan perlakuan yang kurang baik dari teman atau keluarga. Tidak jarang, siswi yang berpakaian lebih longgar atau mengenakan jilbab dikatakan sebagai putri buruk rupa yang tertutup. Jilbab atau pakaian yang longgar dikatakan sebagai alat penutup keburukan tubuh. Siswi yang berjilbab atau berpakaian lebih longgar pun memang harus lebih sabar mempertahankan keyakinannya. Itu cuma ujian.

Fenomena seragam seksi seharusnya bukan menjadi kebanggaan tetapi menjadi keprihatinan bersama. Seragam seksi lebih banyak mendatangkan kerugian daripada keuntungan. Dari segi sosial, seragam seksi ternyata menimbulkan banyak tindak kriminal di kalangan pelajar. Beberapa tindakan asusila dimulai dari pakaian seksi. Salah satu contohnya adalah kasus pemerkosaan terhadap salah seorang siswi yang terjadi beberapa waktu lalu. Pemerkosaan terjadi karena pelaku merasa tergoda oleh keelokan tubuh korban yang terbalut pakaian seksi. Pelaku mengaku gelap mata ketika melihat tubuh korban yang menggairahkan. Di sebuah kota juga terjadi kasus kriminal yang hampir mirip. Seorang pelajar siswi ditemukan sedang berduaan dengan seorang laki-laki di sebuah kamar. Mereka sedang melakukan tindakan asusila yaitu perzinaan. Anehnya, kasus ini terjadi pada bulan Ramadhan saat petugas Satpol PP melakukan razia di beberapa penginapan. Kasus hamil diluar nikah, aborsi, dan aksi pornografi di kalangan pelajar merupakan kasus lain yang memiliki kaitan erat dengan seragam seksi.

Masihkah seragam seksi menjadi mode dan anugerah?

Jauh Dari Wangi Surga Tau!

Bukan rahasia lagi. Model dan trend pakaian kaya gini menjadi salah satu sarana yang sedang diperjuangkan secara serius oleh musuh-musuh Islam, untuk meremukkan sendi-sendi Islam. Tapi anehnya, produk mereka laris manis di kalangan kaum muslimin sendiri!?

Padahal suatu kali Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam pernah menyampaikan,

“Dua golongan dari para penghuni neraka yang belum pernah aku lihat, yaitu segolongan orang yang membawa cemeti-cemeti seperti ekor-ekor sapi betina yang mereka pukulkan kepada orang, dan kaum wanita yang berpakaian tapi telanjang, yang berlenggak-lenggok dan bergoyang-goyang, kepala-kepala mereka laksana punuk unta yang bergoyang. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya. Sesungguhnya, baunya surga tercium dari jarak perjalanan segini dan segitu.” (Riwayat Muslim)

Wah, ngeri kalo gitu! Boro-boro masuk surga, wanginya saja nggak kebagian. Kalau tahu begini, mau keterusan pake pakaian seksi? Ya nggak lah......!

Opini Pribadi: Memakai jilbab bagi wanita muslim itu hukumnya wajib. Hal itu merupakan kemuliaan bagi wanita, menjaga kehormatannya serta tidak mengundang kejahatan.




Maraji’ : Majalah Elfata

By : Ary Tejo Yulianto (6)

Kelas : XII IPS 6

Mengangkat makanan tradisional Indonesia Ke Tingkat Internasional

I. LatarBelakang

Bangsa Indonesiaselayaknyamerekabanggadenngankeanekaragamanbudaya yang dimilikisehinggamenghasilkanbanyakkeanekaragaman pula, mulaidaribahasadaerah, lagu, pakaiansertamakanantradisional yang berasaldarisabangsampaimrauke yang tentunyaberbeda-beda.

Akan tetapibangsakita yang sudah lama mendapat poengaruh globalisasi dan modernisasi kini mulai memudar rasa nasionalismenya untuk tetap mempertahankan apa yang sudah dimiliki bangsanya sendiri. Banyak warga Indonesia yang sekarang memiliki sikap westernalisasi akibat pengaruh globalisasi dan modernisasi. Westernalisasi adalah perbuatan seseorang yang mulai kehilangan jiwa nasinalismenya yang meniru aturan melakukan aktivitas yang bersifat kebarat-baratan.Yang dalam faktanya warga Indonesia yang suka memilih makan makanan dari luar, seperti humburger, pizza, minuman bersoda dan makanan instan.Jarang pula kita temukan warga Indonesia yang masih gemar makan makanan tradisional, mungkin hanya dapat kita jumpai warga Indonesia di daerah pedesaan yang masih mempertahankan makanan tradisional begitupun dengan cara pengolahannya yang juga masih tradisinal.

II. RumusanMasalah
  1. Apaalasanwarga Indonesia lebihmemilihmakanan yang berasal dari barat dan juga makanan yang serba instan?.
  2. Bagaimana cara mengatasi kebiasaan warga Indonesia makan makanan yang berasal dari barat dan juga makanan yang serbainstan?.
III. Pembahasan

Banyak alasan mengapa warga Indonesia lebih memilih makanmakanan dari barat dan makanan yang bersifat instan. Dari rasanya yang enak dan juga tidak membuata lidah bosan, meskipun makanan lebih cenderung sedikit mahal tak juga mengurangi minat warga Indonesia untuk tidak mengkonsumsinya. Banyak juga para karyawan perusahaan yang mungkin tidak punya banyak waktu untuk memasak di rumah, cenderung memilih makanan instan untuk santapan kesehariannya, dari segi rasa yang tak kalah enak tahan lama dan juga menghemat waktu. Dari pada sibuk memasak lebih memilih makanan yang siap saji. Banyak ditemukan berbagai pilihan jenis dan rasa dari makanan instan, yang dalam hal ini menjadi faktor yang berpengaruh, apalagi dengan budaya warga Indonesia yang cenderungmudahterpengaruh.

Apabila sikap nasionalisme dan pola piker yang baik, banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kebiasaan-kebiasaan tersebut. Salah satunya dengan tetap mempertahankan keanekaragaman makanan tradisional yang sudah ada di Indonesia. Dari harganya yang cukup terjangkau makanan tradisinal di Indonesia juga tidak sulit untuk di dapat. Kita selayaknya bangga dengan memiliki warisan nenek moyang yang berlimpah, bukannya kita malah merasa bangga dengan apa yang dihasilkan oleh budaya lain, sepertihalnya dengan budaya barat. Apalagi dalam segi budaya makanan. Kita dapat membuktikannya dengan mencoba mengadakan pameran tentang segala jenis makanan tradisional dari Indonesia. Dengan itu juga menarik pula wisatawan asing untuk ikut menghadirinya, tak sedikit pula warga asing yang tentunya menyukai makanan tradisional Indonesia. Mungkin hal ini dapat disebarluaskan dari mulut kemulut hingga dari media informasi, sehingga makanan tradisional Indonesia bisa di angkat ketinggakat internasional

IV. Saran

Kita selayaknya bangga bahwa bukan warga Indonesia saja yang menyukai makan makanan tradisional Indonesia, tetapi juga warga asing yang di daerahnya ada warga Indonesia yang membuat dan menjualnya di luar negri. Sehingga dengan adanya hal ini jiwa para warga Indonesia dapat mengembalikan rasa nasionalismenya yang sempat pudar terutama dalam segi budaya makanan asli Indonesia

Nama : Yulia Iskawedar (38)

Kelas : XII IPS 1

Memudarnya Tradisi Sinoman pada Masyarakat Jawa

A. Latar belakang

Jika berbicara mengenai jati diri bangsa tentu tidak terlepas dari kebudayaan khas yang dimiliki bangsa tersebut. Bangsa Indonesia kita tercinta ini juga memiliki banyak ciri khas yang melekat sebagai jati diri di mata dunia. Banyak nilai-nilai luhur yang mempunyai harga sangat tinggi dibandingkan dengan bangsa lain, bahkan nilai inilah yang menjadi kebanggaan bumi pertiwi ini sebagai bangsa yang beradab. Nilai-nilai yang dimiliki itu antara lain nilai gotong royong yang kuat diantara sesama warga indonesia.

Namun perlu diketahui oleh kita semua , belakangan ini nilai gotong royong itu mulai memudar terutama di kalangan masyarakat perkotaan. Tradisi yang diajarkan para leluhur kita ini spertinya sudah hampir hilang dimakan perkembangan zaman yang sungguh cepat. Pada masyarakat Jawa tentunya kita sebagai pemuda mengenal adanya tradisi sinoman di setiap upacara adat jawa. Pemuda-pemudi tampak serasi mengenakan pakaian adat yang terlihat santun dalam menyajikan hidangan kepada para tamu. Tapi sekarang hal itu sudah hampir tak terlihat lagi oleh kita masyarakat asli Indonesia terutama suku Jawa.

B. Permasalahan
  1. Apa saja penyebab lunturnya tradisi sinoman pada masyarakat Jawa?
  2. Bagaimana cara untuk mengatasi hilangnya nilai gotong royong bangsa Indonesia?
C. Pembahasan

Sinoman berasal dari bahasa jawa nom yang berarti muda, maksud dari sinoman sendiri adalah tradisi yang dilakukan pemuda-pemudi Jawa menjadi pramusaji melayani tamu tamu yang hadir pada upacara adat jawa seperti pernikahan dengan sukarela tanpa mendapat upah. Dari tradisi yang luhur ini dapat dilihat bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang memilik nilai gotong royong yang sangat tinggi.

Namun kini berbeda keadaannya para pemuda di Jawa banyak yang melupakan bahkan tidak mengenal tradisi ini. Jangankan melakukan sinoman, hampir sebagian besar remaja tidak mengenali tetangga tetangga dekat mereka. Mereka lebih senang melakukan kegiatan yang bersifat individualis serta modern, seperti tidur, berkutat dengan alat canggih, atau bepergian dengan kawan di kawasan hura-hura. Mereka berpikir di jaman modern ini hal yang paling penting adalah bergaul dengan tekhnologi canggih dan meniru budaya barat sehingga mereka tidak akan dikatakan kuper (kurang pergaulan) oleh teman sebayanya.

Sudah jelas terlihat hal utama yang menyebabkan hilangnya nilai gotong royong di Indonesia adalah modernisasi serta globalisasi. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa modernisasi dan globalisasi memberi banyak manfaat bagi kehidupan bangsa. Namun keduanya tidak jarang menimbulkan beberapa efek negatif pada negara yang masyarakatnya belum sepenuhnya mampu mengahdapai tantangan yangan ada dalam modernisasi dan globalisasi,yang mengakibatkan bangsa itu mengalami kehilangan jati diri yang ketimuran seperti Indonesia. Mereka tidak menyadari ada beberapa unsur dalam modernisasi dan globalisasi yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia, sehingga terjadilah individualisasi dalam diri mereka.

Agar nilai gotong royong sebagai jati diri bangsa ini tidak hilang dimakan jaman tentu kita sebagai generasi mudalah yang mempunyai kewajiban untuk mempertahankannya. Menanamkan sifat disiplin dan kerjasama merupakan hal yang utama perlu kita biasakan sejak dini, agar jika tua kelak kita juga dapat memetik hasilnya. Jauhkan prasangka bahwa tradisi sinoman itu merupakan hal yang cupu dan ketinggalan jaman serta tak memberikan manfaat apapun dalam diri kita. Tapi tanamkan kepercayaan bahwa sinoman dapat mempererat hubungan persaudaraan dengan teman satu wilayah atau tetangga sehingga kita mempunyai banyak teman dan sahabat di lingkungan tempat kita tinggal. Tak hanya itu dengan adanya sinoman dan kita selalu aktif dalam kegiatan ini akan membuat diri kita

Nama : Yoni Noviana ( 35 )

Kelas : XII IPS 3

Post a Comment for "Hasil Opini Siswa tentang Jati Diri Bangsa"